MEDALI UNTUK GIA
Karya
: Nita Aryanti
Sore
itu saat matahari mulai terbenam, Andre terbangun dari koma seusai operasi
kakinya. Tiga hari yang lalu begitu terkejutnya Andre saat dimana hari lomba kejuaraan
tingkat Nasional yang selalu ditunggu-tunggu nya selama ini.tapi dengan
terpaksa Andre harus berbaring dirumah sakit walaupun dalam hatinya ia harus
bergegas ke lokasi perlombaan saat itu, begitu terkejutnya saat Andre membuka
selimut yang menutupinya kedua kakinya telah teramputasi tanpa
sepengetahuannya.
Andre
histeris dengan teriakan nya yang melambangkan kepedihan hatinya
“tidak...tidak....!! “ teriak Andre dengan menetaskan air mata. Suster yang ada dalam ruangan itu mencoba
menenangkan Andre, tetapi Andre tak mengubris apa yang dikatakan suster, Andre
tetap berteriak dengan nada haru. Selang berapa jam akhirnya Andre tenang.
Suster pun berlalu keluar saat orang tua Andre kembali kedalam ruangan nya. “
kamu sudah siuman sayang? “ ucap ibu. Andre yang mendengar suara ibunya
langsung mengangguk. “ bu untuk apa aku hidup “ ucap Andre dengan pelan. “
menggeleng “, jangan berkata seperti itu nak! “ ucap ibu. Mungkin itu sudah
takdir bahkan mungkin dibalik ini semua ada hikmah yang baik, nak “ nasehat
ibu”
Saat
Andre mencoba membiasakan dirinya memakai kursi roda dilorong-lorong rumah
sakit. Dengan berat hati perlahan-lahan demi menghirup udara segar diluar
kamarnya. Seorang anak kecil yang menegur Andre dengan tingkah polosnya seraya
ingin mengajak Andre untuk bermain bersamanya. Tapi Andre tak menghiraukan
ajakan adik kecil itu. Dissat selang beberapa menit Andre gelap mata dan
mencoba mengakhiri hidupnya dengan sebuah pisau dan mengiriskan kenadinya.
Secepat itu Anggia yang melihat kejadian itu mencoba ingin mengambil pisau
tersebut walaupun dia anak kecil dia tetap mencoba untuk mengambil pisau itu
dan menghalangi kejadian tersebut agar tak kan ada kejadian yang mengerikan
didepan matanya. Begitu saat Anggia berhasil menggambil pisau tersebut sentak
Andre marah “ kembalikan pisaunya, dasar anak kecil “ dengan nada berterian
Mendengar bentakan Andre , Anggia pun menangis. “ kau tahu hidup ku ini sudah
hancur, kaki ku teramputasi karena kecelakaan yang tak ku inginkan dan
perlombaan yang aku idamkan tinggal mimpi untuk ku “ ujar Andre dengan nada
tangis kecil nya. Dengan ketulusan Anggia anak kecil yang tak tau apa-apa
Anggia mencoba mendekati Andre “ kak hidup kakak bukan sampai disini saja,
kakak masih bisa bangkit walaupun tidak akan sesempurna dahulu kak, kakak masih
bisa mengikuti perlombaan lomba lari di kursi roda. Anggia yakin kak kkak pasti
bisa.
Saat
bulan telah menampakkan cahayanya, menerangi kegelapan dimalam itu Andre
mencoba keluar dan mengayunkan tangannya untuk menjalankan kursi rodanya. Dalam
hening angin yang dingin Andre melamunkan apa yang dikatakan oleh Anggia dua
minggu yang lalu. Sahabat kecil nya itu. Yang selalu menggodanya dan mengambil
buah-buahan jatah makan siangnya. Andre tertawa kecil saat mengingat itu.
Tersadar udara diuar ruangan begitu menusuk Andre mencoba masuk kekamrnya dan
beristirahat ditengah saat Andre inginkeruangannya Andre sentak melihat Anggia
menangis , memegangi rambutnya yang rontok.Andre mencoba mendekati Gia
berpura-pura tak tahu apa yang terjadi menimpa Gia. “ hai dek, kenapa disini ?”
Ucap Andre mengagetkan Anggia. Anggia yang kaget langsung secepatnya menghapus
air mtanya dan menyembunyikan rammbut nya yang rontok dari Andre.” Ia kak,
Anggia cari angin “ tersenyum kecil. Anggia masuk kamar ya kak, selang bebrapa
detik Anggia berbalik “ kak, besok perlombaaan ya.. semangat kak kakak pasti
bisa “ Anggia berusaha meyakinkan. Saat hendak kekamarnya tiba-tiba Anggia pingsan dan dari hidungnya
mengeluarkan darah.. suster dan dokter rumah sakit bergegas menggotongtubuh
yang mungil itu. “ Dok, Angggi sakit apa? Bukannya Cuma masalah pernafasan?”
tanya Andre. “ anak kecil itu mengidap leukimia stadium 4” begitu terkejutnya
Andre saat mengetahui penyakit Gia yang begitu parah.
Didalam
kamarnya Andre menerawang jauh memikirkan Anggia yang selalu bersemangat
walaupun setiap hari penyakitnya selalu menggerogoti tubuhnya. Bahkan ia tak
pernah menangis sepengetahuan Andre. Keesokan harinya ketika Andre pagi2 telah
rapi dan ingin memberi tahukan kepada Anggia bahwa Andre akan mengikuti
perlombaan seperti yang dianjurkan Gia. Tetapi terdengar kabar bahwa Anggia
kritis.dengan seangat Andre bergegas ke lokasi perlombaan lari kursi roda
tingkat Nasional. Dibenak Andre medali nya akan menjadi kemenangan yang tak
pernah terpikirkan olehnya. Dengan semangat Andre yang gigih dan kerja kerasnya
mengayunkan kursi rodanya akhirnya kemenangan dapat diraihnya. Setelah
penobatan kemenangak telah usai andre langsung bergegas bersama orang tuanya
kembali kerumah sakit. Ander tak sabar lagi memberi tahu Anggia bahwa perkataan
nya benar.
Sesampai
dirumah sakit Andre begitu terkejut saat ruangan yang biasa nya Anggia tempati
kosong. Hanya ada suster yang sedang membereskan ruangan tersebut. “ sus,
dimana Angggia sus?” Ujar andre. “ Anggia sudah meninggal mas, jenazahnya baru
saja dibawa keluarganya kerumahnya” Andre tersontak kaget dengan perkataan
suster tersebut seraya tak percaya dengan apa yang didengarnya. Begitu
terpukulnya ia dengan kejadian hari itu karena Andre belum sepat memberikan
medali kemenangannya untuk Gia. Seorang yang selalu memberinya semangat Andre
kagum walaupum Gia masih kecil dia begitu dewasa dan selalu bersemangat. Dengan
bergegas Andre kepemakaman Gia dan mengalungkan Medali dinisan Anggia.
THE END
PUISI
KEABADIAN
Dengan
rasa kecewa mengharu didalam dada
Mengusik
akan indahnya ramadhan tiba
Dipagi
subuh saat sahur terlaksana
Ada
luka yang tersimpan
Ada
luka yang mendalam
Hingga air mata harus jatuh
berderaian
Engkau pergi dalam keabadian
Tinggalkan ukiran nisan yang
mendalam
Tenanglah kau disana
Membawa senyuman dari surga
Karya
: Nita Aryanti
Di
malam gelap
Hening sunyi senyap
Berpandangan dengan rembulan
Udara dingin tak tertahankan
Mataku belum terpejam
Sekalipun aku ingin pergi
Ke alam mimpi
Tanpa dibatasi
Hening sunyi senyap
Berpandangan dengan rembulan
Udara dingin tak tertahankan
Mataku belum terpejam
Sekalipun aku ingin pergi
Ke alam mimpi
Tanpa dibatasi
Hamparan
bintang menemani
Mungkin terheran aku terjaga
Karena lainnya sudah tak ada
Berkantuk lelap dalam lelahnya
Mungkin terheran aku terjaga
Karena lainnya sudah tak ada
Berkantuk lelap dalam lelahnya
Aku terjaga lagi menemani sunyi
Membuka mata menunggui pagi
Yang menghapuskan mimpi-mimpi
masih saja terjaga
Memandang bulan bercahaya
Padahal aku ingin pergi
Ke alam mimpi tanpa dibatasi
Karya : Nita Aryanti
Aku Perempuan Indonesia
Aku ingin seperti Ibu
Kartini
Punya tauladan dalam
hidupnya
Peduli akan nasib sesamanya
Mampu perjuangkan untuk
penerusnya
Budi pekerti tetap
dijunjungnya
Aku bangga menjadi perempuan Indonesia
Karenanya, aku ingin menjadi seperti ibu Kartini
Dengan cita-cita yang kujunjung tinggi
Sampai semuanya kuraih
Aku kan tetap mengabdi
Untuk bumi ibu pertiwi
Karya
: Nita Aryanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar