Senin, 16 April 2012


MEDALI UNTUK GIA
                                    Karya : Nita Aryanti

Sore itu saat matahari mulai terbenam, Andre terbangun dari koma seusai operasi kakinya. Tiga hari yang lalu begitu terkejutnya Andre saat dimana hari lomba kejuaraan tingkat Nasional yang selalu ditunggu-tunggu nya selama ini.tapi dengan terpaksa Andre harus berbaring dirumah sakit walaupun dalam hatinya ia harus bergegas ke lokasi perlombaan saat itu, begitu terkejutnya saat Andre membuka selimut yang menutupinya kedua kakinya telah teramputasi tanpa sepengetahuannya.
Andre histeris dengan teriakan nya yang melambangkan kepedihan hatinya “tidak...tidak....!! “ teriak Andre dengan menetaskan air mata.  Suster yang ada dalam ruangan itu mencoba menenangkan Andre, tetapi Andre tak mengubris apa yang dikatakan suster, Andre tetap berteriak dengan nada haru. Selang berapa jam akhirnya Andre tenang. Suster pun berlalu keluar saat orang tua Andre kembali kedalam ruangan nya. “ kamu sudah siuman sayang? “ ucap ibu. Andre yang mendengar suara ibunya langsung mengangguk. “ bu untuk apa aku hidup “ ucap Andre dengan pelan. “ menggeleng “, jangan berkata seperti itu nak! “ ucap ibu. Mungkin itu sudah takdir bahkan mungkin dibalik ini semua ada hikmah yang baik, nak “ nasehat ibu”
Saat Andre mencoba membiasakan dirinya memakai kursi roda dilorong-lorong rumah sakit. Dengan berat hati perlahan-lahan demi menghirup udara segar diluar kamarnya. Seorang anak kecil yang menegur Andre dengan tingkah polosnya seraya ingin mengajak Andre untuk bermain bersamanya. Tapi Andre tak menghiraukan ajakan adik kecil itu. Dissat selang beberapa menit Andre gelap mata dan mencoba mengakhiri hidupnya dengan sebuah pisau dan mengiriskan kenadinya. Secepat itu Anggia yang melihat kejadian itu mencoba ingin mengambil pisau tersebut walaupun dia anak kecil dia tetap mencoba untuk mengambil pisau itu dan menghalangi kejadian tersebut agar tak kan ada kejadian yang mengerikan didepan matanya. Begitu saat Anggia berhasil menggambil pisau tersebut sentak Andre marah “ kembalikan pisaunya, dasar anak kecil “ dengan nada berterian Mendengar bentakan Andre , Anggia pun menangis. “ kau tahu hidup ku ini sudah hancur, kaki ku teramputasi karena kecelakaan yang tak ku inginkan dan perlombaan yang aku idamkan tinggal mimpi untuk ku “ ujar Andre dengan nada tangis kecil nya. Dengan ketulusan Anggia anak kecil yang tak tau apa-apa Anggia mencoba mendekati Andre “ kak hidup kakak bukan sampai disini saja, kakak masih bisa bangkit walaupun tidak akan sesempurna dahulu kak, kakak masih bisa mengikuti perlombaan lomba lari di kursi roda. Anggia yakin kak kkak pasti bisa.
Saat bulan telah menampakkan cahayanya, menerangi kegelapan dimalam itu Andre mencoba keluar dan mengayunkan tangannya untuk menjalankan kursi rodanya. Dalam hening angin yang dingin Andre melamunkan apa yang dikatakan oleh Anggia dua minggu yang lalu. Sahabat kecil nya itu. Yang selalu menggodanya dan mengambil buah-buahan jatah makan siangnya. Andre tertawa kecil saat mengingat itu. Tersadar udara diuar ruangan begitu menusuk Andre mencoba masuk kekamrnya dan beristirahat ditengah saat Andre inginkeruangannya Andre sentak melihat Anggia menangis , memegangi rambutnya yang rontok.Andre mencoba mendekati Gia berpura-pura tak tahu apa yang terjadi menimpa Gia. “ hai dek, kenapa disini ?” Ucap Andre mengagetkan Anggia. Anggia yang kaget langsung secepatnya menghapus air mtanya dan menyembunyikan rammbut nya yang rontok dari Andre.” Ia kak, Anggia cari angin “ tersenyum kecil. Anggia masuk kamar ya kak, selang bebrapa detik Anggia berbalik “ kak, besok perlombaaan ya.. semangat kak kakak pasti bisa “ Anggia berusaha meyakinkan. Saat hendak kekamarnya  tiba-tiba Anggia pingsan dan dari hidungnya mengeluarkan darah.. suster dan dokter rumah sakit bergegas menggotongtubuh yang mungil itu. “ Dok, Angggi sakit apa? Bukannya Cuma masalah pernafasan?” tanya Andre. “ anak kecil itu mengidap leukimia stadium 4” begitu terkejutnya Andre saat mengetahui penyakit Gia yang begitu parah.
Didalam kamarnya Andre menerawang jauh memikirkan Anggia yang selalu bersemangat walaupun setiap hari penyakitnya selalu menggerogoti tubuhnya. Bahkan ia tak pernah menangis sepengetahuan Andre. Keesokan harinya ketika Andre pagi2 telah rapi dan ingin memberi tahukan kepada Anggia bahwa Andre akan mengikuti perlombaan seperti yang dianjurkan Gia. Tetapi terdengar kabar bahwa Anggia kritis.dengan seangat Andre bergegas ke lokasi perlombaan lari kursi roda tingkat Nasional. Dibenak Andre medali nya akan menjadi kemenangan yang tak pernah terpikirkan olehnya. Dengan semangat Andre yang gigih dan kerja kerasnya mengayunkan kursi rodanya akhirnya kemenangan dapat diraihnya. Setelah penobatan kemenangak telah usai andre langsung bergegas bersama orang tuanya kembali kerumah sakit. Ander tak sabar lagi memberi tahu Anggia bahwa perkataan nya benar.
Sesampai dirumah sakit Andre begitu terkejut saat ruangan yang biasa nya Anggia tempati kosong. Hanya ada suster yang sedang membereskan ruangan tersebut. “ sus, dimana Angggia sus?” Ujar andre. “ Anggia sudah meninggal mas, jenazahnya baru saja dibawa keluarganya kerumahnya” Andre tersontak kaget dengan perkataan suster tersebut seraya tak percaya dengan apa yang didengarnya. Begitu terpukulnya ia dengan kejadian hari itu karena Andre belum sepat memberikan medali kemenangannya untuk Gia. Seorang yang selalu memberinya semangat Andre kagum walaupum Gia masih kecil dia begitu dewasa dan selalu bersemangat. Dengan bergegas Andre kepemakaman Gia dan mengalungkan Medali dinisan Anggia.

THE END






PUISI

KEABADIAN
Dengan rasa kecewa mengharu didalam dada
Mengusik akan indahnya ramadhan tiba
Dipagi subuh saat sahur terlaksana
Ada luka yang tersimpan
Ada luka yang mendalam
            Hingga air mata harus jatuh berderaian
            Engkau pergi dalam keabadian
            Tinggalkan ukiran nisan yang mendalam
            Tenanglah kau disana
Membawa senyuman dari surga
                                                            Karya : Nita Aryanti


Insomnia Mendekapku
Di malam gelap
Hening sunyi senyap
Berpandangan dengan rembulan
Udara dingin tak tertahankan

Mataku belum terpejam
Sekalipun aku ingin pergi
Ke alam mimpi
Tanpa dibatasi
Hamparan bintang menemani
Mungkin terheran aku terjaga
Karena lainnya sudah tak ada
Berkantuk lelap dalam lelahnya

Aku terjaga lagi menemani sunyi
Membuka mata menunggui pagi
Yang menghapuskan mimpi-mimpi
masih saja terjaga

Memandang bulan bercahaya
Padahal aku ingin pergi
Ke alam mimpi tanpa dibatasi
                                    Karya : Nita Aryanti


Aku Perempuan Indonesia
Aku ingin seperti Ibu Kartini
Punya tauladan dalam hidupnya
Peduli akan nasib sesamanya
Mampu perjuangkan untuk penerusnya
Budi pekerti tetap dijunjungnya

Aku bangga menjadi perempuan Indonesia
Karenanya, aku ingin menjadi seperti ibu Kartini
Dengan cita-cita yang kujunjung tinggi
Sampai semuanya kuraih
Aku kan tetap mengabdi
Untuk bumi ibu pertiwi
                        Karya : Nita Aryanti 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar